Friday, October 14, 2005

Kisah Al-Jumahi

Ini kisah nyata yang pernah terjadi di muka bumi ini, bukan fiktif seperti kisah ini dan ini :)

Berapa banyak umat Islam di Indonesia mau belajar dari sejarah? Banyak yang dapat kita pelajari dari mempelajari sejarah, salah satunya dapat dilihat apa yang pernah terjadi di masa lampau, juga terjadi kembali saat ini dan bahkan akan terjadi lagi di masa datang. Bagaimana orang-orang saat itu menghadapi, mengelola dan mengatasi fakta sejarah yang terjadi di tengah masyarakat. Sehingga saat ini bahkan saat yang akan datang, kita pun dapat menghadapi dan mengatasi persoalan sama yang kembali berulang dengan lebih baik. Orang mengatakan sejarah selalu berulang.

Alkisah pada zaman Khalifah Umar r.a. di daerah Homs (Syria kini), terjadi peristiwa yang mengagetkan Khalifah Umar r.a. Dimana di daerah ini secara merata telah terjadi bencana kelaparan yang luar biasa. Hal ini diperparah oleh para spekulan yang hanya memikirkan sebatas bagaimana dagangannya tidak merugi. Tidak mau melihat keadaan susah disekitarnya. Bahkan mereka pun melakukan penimbunan bahan-bahan pokok untuk dijual pada saat harga melambung tinggi. Mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi semakin turun.

Segera, mendengar berita ini, khalifah mengirimkan utusannya untuk melihat keadaan disana sekaligus memerintahkan untuk mengadakan pendataan orang-orang yang memerlukan bantuan. Alangkah kagetnya Khalifah Umar r.a., karena di antara ribuan orang yang termasuk di dalam daftar orang-orang miskin dan kelaparan, terdapat nama Sa’id ibn Aamir Al Jumahi. Beliau adalah Gubernur Homs ! Daerah dimana terlanda bencana kelaparan tersebut.

Kemudian khalifah memanggil utusannya seraya menanyakan kebenaran daftar tersebut. Apakah daftar tersebut merupakan daftar yang dibuat-buat atau memang benar-benar hasil pendataan fakta di lapangan. Utusannya menyampaikan kebenaran di lapangan, bahwa faktanya selama berhari-hari para utusan tidak melihat sekalipun dapur Sang Gubernur mengepul. Oleh karena itu beliau dimasukkan dalam daftar orang-orang yang memerlukan bantuan. Lalu, khalifah menanyakan bagaimana roda pemerintahan disana dijalankan. Subhanalloh. Meski, gubernurnya miskin dan kelaparan, pemerintahan disana tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dengan menangis sedih, khalifah menyatakan dirinya lah yang bersalah membiarkan rakyatnya kelaparan. Sampai-sampai gubernurnya sendiri termasuk yang kelaparan.

Selanjutnya, khalifah memerintahkan untuk segera mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Homs. Dititipkanlah sekantung khusus untuk Sang Gubernur dari Khalifah Umar r.a., berisi uang sebesar 1000 dinar (kini setara dengan 6 juta rupiah). Singkat alkisah, semua bantuan telah diterima baik oleh masyarakat di Homs demikian pula titipan khusus untuk Sang Gubernur.

Menerima titipan khusus dari Khalifah Umar r.a., berisi uang sebesar 1000 dinar, bukannya merasa gembira, Sa’id ibn Aamir malah merasa menerima musibah. Dipanggil segera istrinya menghadap beliau, untuk menyampaikan musibah tersebut. Inna lillahi Wa Inna illaihi Raji’un. Kenapa gerangan? Bagi Sa’id ibn Aamir, menerima uang banyak pada zaman itu, ditengah kelaparan rakyatnya adalah musibah yang berat. Oleh karena itu, setelah disisihkan seperlunya, ia bagi-bagikan kembali sisanya kepada rakyatnya.

Pada satu saat, Khalifah Umar r.a. mendatangi langsung daerah tersebut. Sambil membawa kembali bantuan untuk masyarakatnya dan pemberian khusus untuk gubernurnya. Keadaan masyarakat Homs terlihat telah berangsur pulih. Saat tiba di rumah gubernur yang sangat sederhana, kembali khalifah menangis melihat kondisi rumah gubernurnya. Tidak disangka-sangkanya. Lalu, khalifah menyampaikan langsung pemberian khusus berupa uang 1000 dinar. Namun Sa’id ibn Aamir memohon ijin untuk membagi-bagikan kembali uang pemberian khalifah tersebut kepada masyarakatnya.

Demikian fakta sejarah yang pernah terjadi di muka bumi ini. Dikala suatu daerah tertimpa bencana, pemimpin berada pada garis terdepan yang menderita daripada rakyatnya. Dikala daerah tersebut kembali pulih, pemimpin berada di belakang rakyatnya. Mungkin dari sejarah masa lalu di atas yang berulang saat ini di Indonesia adalah bencananya. Bagaimana para pejabatnya? Adakah yang seperti Sa’id ibn Aamir? Ah…sudahlah. Wallahu a’lam bish-shawwab.

Thursday, October 13, 2005

3 tahun sudah

Hari ini, tiga tahun yang lalu, adalah hari pernikahan kami (saya dan Andretti Shervina, istri saya). Sampai hari ini, Alhamdulillah Allah telah menitipkan kami seorang putra yang kami beri nama: Muhammad Badar Rabi' Laissyahmi (1 tahun 5 bulan).

Dengan mewujudkan pernikahan ini sebagai ibadah kepada-Mu dan mengikuti sunnah Rasul-Mu, kami berharap mendapat Ridla-Mu Ya Allah, sampai ajal memisahkan kami. Semoga kami pun dapat amanah dalam menerima titipan-Mu Ya Allah. Amin Ya Rabbal alamiin.

Monday, October 03, 2005

Premium naik, ya naik sepeda !


Dua hari sudah harga Premium naik dari IDR 2400 menjadi IDR 4500. Rasanya bagi saya ini sangat memberatkan (apalagi wong cilik yak). Mungkin saatnya kali ini ke kantor, saya harus bersepeda ria...hik ;( Prihatin...prihatin. Bandung tea, jalannya naik turun. Biar ah, sehat jadinya kale ! Moga-moga shaumnya bisa tamat 1 bulan penuh.